Tamparan Keras Untuk Pelatih Ganda Putri Indonesia


sumber foto : citra indonesia 

Kegagalan Ganda putri Indonesia di level Grandprix Gold Thailand Master 2017 merupakan tamparan keras bagi kepala pelatih pelatnas ganda putri Indonesia Eng Hian. 
Datang dengan kekuatan penuh ganda putri hanya pasangan Greysa Polii/ Rosyita Putri yang mampu menembus semifinal Thailand Master. Tapi sayang Greysa Polii/ Rosyita Putri tak mampu berbuat banyak ketika melawan ganda muda dari negeri Tiongkok yang sedang naik daun karena torehan prestasinya di level superseries. 
Greysa Polii/ Rosyita Putri tidak dapat memberikan perlawanan sehingga membuat rasa kecewa pelatih Eng Hian. Greysa Polii/ Rosyita Putri harus menelan kekalahan dengan mudah 16-21, 7-21 dari ganda putri Tiongkok. 

Sementara tiga pasangan ganda putri lainnya gagal di perempat final. Tiara Rosali/Rizki Amelia dikalahkan oleh ganda Thailand Sapsire/Puttita Supajirakul 14-21, 14-21.
 Anggia Shitta/ Ni ketut dikalahkan ganda Tiongkok Huang Dongping/Li Yinhui 21-16, 16-21 retired, Anggia Shitta/ Ni ketut mengundurkan diri ketika kedudukan imbang dikarenakan Ni Ketut mengalami gangguan sesak pada pernapasan, sangat disayangkan karena jika tidak ada gangguan pernapasan, Amin pribadi yakin Anggia Shitta/ Ni ketut bisa menang. 
Sementara Della/Apriani dikalahkan ganda putri Tiongkok lainnya Chen qingchen/Jia Yifan 18-21, 13-21. 



Kepala Pelatih Ganda Putri Eng Hian sampai mengeluarkan ultimatum atas kegagalan ganda-ganda putri Indonesia di Thailand Master 2017. 
Sudah beberapa tahun ini hanya Greysia/Nitya adalah andalan utama ganda putri Indonesia yang berhasil menyumbang emas di Asian Games 2014, sementara ganda pelapis dibawahnya belum mampu menyamai prestasi ganda putri ini. 

 Simak petikan wawancara Eng Hian bersama Badmintonindonesia.org. 

 Bagaimana anda menilai hasil tim ganda putri di Thailand Masters 2017?
 Secara keseluruhan, saya merasa tidak puas dengan pencapaian tim ganda putri di turnamen ini. Apa yang sudah dilakukan selama persiapan, latihan, capek, sakit, semua hasilnya tidak terlihat. 

Bagaimana dari segi permainan? 
Teknik itu bisa keluar kalau atlet bisa mengatasi diri sendiri dan situasi di lapangan. Lawan mana ada yang mau ngasih kemenangan ke kita? Nah cara mengatasi masalah ini yang saya belum bisa lihat. Misalnya di pertandingan Greysia/Rosyita di semifinal,give up begitu saja adalah suatu hal yang tidak bisa diterima. Saya tidak mengutamakan hasil, tetapi proses. Mau kalah dapat angka tujuh atau delapan tetapi perjuangannya mati-matian ya saya mengerti. 

 Selain Greysia/Rosyita bagaimana penilaian anda dengan pasangan-pasangan lain? 
 Ada poin plus untuk Anggia/Ketut dari empat pasangan ini. Mereka progresnya kelihatan, dari persiapan hingga tanding, semua sesuai dengan harapan saya. Saya tidak mau mendahului kehendak Tuhan, kalau Ketut tidak sesak nafas dan bisa bermain normal, saya rasa mereka bisa menang. (Anggia/Ketut mundur di game ketiga saat berhadapan dengan wakil Tiongkok, Huang Dongping/Li Yinhui, karena Ketut mengalami sesak nafas). 
 Untuk Rizki/Tiara, saya melihat tidak ada fighting spirit sama sekali. Sekali lagi, saya tidak melihat hasil, kalau kalah tetapi perjuangannya luar biasa, saya bisa maklumi. Saya menyoroti Tiara, dia butuh perhatian khusus dan harus berjuang lebih keras lagi dalam segala hal, disipilin, attitude di lapangan dan luar lapangan. Catatan tersendiri untuk Apri, saya ada sedikit harapan sama dia. Penampilan Apri bisa dibilang bagus sebagai pemain muda yang baru masuk turnamen level senior. Apri bisa mengimbangi permainan seniornya. Saya harap Apri bisa menjaga dan meningkatkan kualitas latihan dan attitude nya, mudah-mudahan dalam satu sampai tiga tahun lagi akan kelihatan hasilnya. 

 Apa yang paling anda soroti dari tim ganda putri? 
Bisa dibilang fighting spirit untuk mencapai kemenangan itu saya belum lihat. Masih banyak PR di ganda putri. Untuk meningkatkan kualitas mereka dan mengharapkan jadi juara itu masih jauh sekali. Grup pelatnas utama ini berat. Bicara seorang juara itu bukan cuma sekali-sekali juara, tetapi konsisten, misalnya seperti pasangan Jepang yang juara olimpiade kemarin (Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi). Kalau tidak ada kemauan dari diri sendiri untuk maju dengan disiplin, menambah porsi latihan, ya sulit. 

 Lalu apakah akan ada perubahan program di ganda putri? Saya akan lihat selama enam bulan ini, kalau tidak ada perubahan, tidak ada progres positif, akan saya rombak semua. Saya akan mengharapkan pemain-pemain pratama saja.